PERSEMBAHAN YANG KEJI

Di jaman now ini ada istilah ‘money laundry’ atau mengubah ‘uang haram’ menjadi uang legal dalam bisnis atau barang yang legal. Money laundry ini sekarang juga merupakan tindakan ilegal yang akan dituntut di pengadilan, baik di luar negri maupun di Indonesia.

Di gereja pun ada banyak orang Kristen yang berpikir bisa melakukan ‘money laundry’. Caranya adalah mereka mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya dengan cara apa pun, kemudian ‘menyucikan’ harta kekayaannya dengan memberikan persembahan dan berbagai bantuan ke gereja. Bahkan ada perkataan, “Kalau sudah kaya, nanti saya akan melayani di gereja.” Apakah bisa seperti itu?

Tuhan Yesus menyatakan persembahan janda miskin sangat dihargai oleh Tuhan dibandingkan dengan persembahan yang banyak dari orang kaya. Tuhan tidak melihat seberapa banyak uragnya, tetapi Tuhan yang adalah Roh melihat semua tindakan ibadah yang kita lakukan juga di dalam Roh.

(Lukas 21:1-4) Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."

Orang yang mempersembahan uang yang diperoleh dari perbuatan dosa (‘hepeng ni begu’), di hadapan Tuhan bukanlah persembahan yang harum tetapi kejijikan dan kekejian. Ini sangat berbeda dengan tanggapan para hamba Tuhan pada umumnya yang sangat menghargai jemaat yang memberikan banyak persembahan tanpa peduli dari mana asalnya. Manusia melihat jumlah nominal, tetapi Tuhan melihat kedalaman Roh yang ada.

Ini sama contohnya jika kita diberi kesempatan untuk memberikan hidangan makanan kepada Presiden. Pasti kita akan mempersiapkan makanan yang terbaik dan terenak - paling ‘mak nyus’. Kita tidak akan sekali-kali berpikir menghidangkan bangkai yang busuk dan penuh belatung di atas meja hidangan Presiden. Tidak ada satu orang waraspun di seluruh dunia yang pernah berpikir seperti itu.

Akan tetapi itu yang dilakukan oleh orang-orang Kristen dengan mempersembahkan hasil kejahatannya di rumah Tuhan. Orang-orang Kristen yang hidup dalam ‘korupsi berjamaah’, mengumpulkan suap, membungakan uang/rentenir, judi, penipuan, korupsi tersembunyi atau terang-terangan, dll, dengan bangganya memberikan persembahan yang berlimpah-limpah ke rumah Tuhan. Tuhan yang adalah Roh, melihat semuanya itu sebagai bangkai busuk yang sangat menjijikkan. Bayangkan, persembahan yang sangat menjijikan yang jumlahnya sangat banyak.

(Amsal 15:8) "Korban orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN."

(Yesaya 1:13) “Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku”

===> (Thema ini, ada di dalam artikel : "HEPENG NI BEGU DIALLANG BEGU." http://pesta.sabda.org/hepeng_ni_begu_diallang_begu)

Contoh nyata mengenai persembahan yang keji ini ada di berita di bawah ini :

---

SAKING BANYAKNYA, UANG DI MESS DIRJEN HUBLA BERCECRAN DI KAMAR MANDI DAN TEMPAT TIDUR
https://nasional.kompas.com/read/2017/09/29/14423771/saking-banyaknya-uang-di-mess-dirjen-hubla-berceceran-di-kamar-mandi-dan

MOH. NADLIR Kompas.com - 29/09/2017, 14:42 WIB - JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi menemukan banyak uang tunai saat penggeledahan di kediaman Direktur Jenderal Hubungan Laut (Dirjen Hubla) Kementerian Perhubungan Antonius Tonny Budiono. Total uang uang disita sebesar Rp 20,74 miliar. Sebanyak Rp 18,9 miliar diantaranya uang tunai dalam bentuk rupiah, dollar AS, Poundsterling, Euro dan Ringgit Malaysia.

Uang itu disimpan di dalam salah satu ruangan kamar yang ada di mess Tonny. Sebagian besar uang disimpan dalam 33 tas. Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif bercerita bahwa tim KPK sempat kesulitan membawa uang tersebut dari mess mantan Dirjen Hubungan Laut, Kemenhub itu untuk diamankan.

Uang suap tersebut dirasa terlalu banyak untuk dibawa dan diamankan dalam satu waktu. "Jaksa pagi-pagi lapor ke saya, uang Pak Dirjen masih banyak. Kenapa tidak ambil? Katanya terlalu banyak, besok saja pak," kata Laode Gedung KPK C1, Jakarta, Jumat (29/9/2017). "Uangnya ada di kamar mandi dan tempat tidur berceceran. Jadi kami capek dan kami segel dulu saja," tambah Laode.

Laode mengatakan, saat diperiksa Tonny mengaku lupa uang miliaran rupiah itu berasal dari mana saja. Tony hanya mengatakan uang tersebut untuk amal fakir miskin dan gereja.

"Saking banyaknya ditanya dari mana uang ini, 'saya lupa'. Saya bilang ini buat apa, anak sudah selesai sekolah dan istri sudah almarhum, (dijawab) 'Banyak lah Pak buat amal fakir miskin dan gereja ada yang bocor kasih sedikit'. Jadi beramal dari sesuatu yang improper," terang Laode. KPK masih mendalami asal usul uang tersebut. KPK menduga uang tersebut terkait dengan proses perizinan atau proyek-proyek yang pernah dikerjakan di Dirjen Hubla.

Sementara uang Rp 1,174 miliar berbentuk saldo di rekening bank merupakan suap yang diterima Tonny dari Komisaris PT Adhi Guna Keruktama (PT AGK), Adiputra Kurniawan. Suap itu terkait proyek pengerjaan pengerukan pelabuhan Tanjung Mas, Semarang.

* * * * *

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA